Banjir Kiriman

            Setiap kali musim hujan datang dan wilayah di sekitar dan/atau kota Jakarta mulai terendam banjir, maka kota Bogor dan daerah sekitar Puncak pasti akan, paling tidak, dianggap dan paling sial dituding sebagai pengirimnya, maksud saya pengirim banjir.
            Silahkan ketik kata-kata judul tulisan ini “banjir kiriman” di browser komputer Anda, maka seketika akan keluar sekitar 1,5 juta hasil pencarian. Dashyat!!  Entah siapa yang mula-mula memakai istilah atau kata-kata ‘banjir kiriman’ ini, nyatanya semua orang sekarang (setiap kali musim hujan datang), latah memakai kata-kata yang menurut pengetahuan saya jelas salah kaprah, dan jelas lama-lama saya (dan rasanya semua penduduk Bogor) merasa jengkel. Semua orang memakai kata banjir kiriman, termasuk para penulis, jurnalis, pembaca berita, bahkan stasiun-stasiun televisi, surat kabar dan berbagai media yang, menurut anggapan saya ,pastinya dipenuhi ahli-ahli dan pakar bahasa (Indonesia).  
            Definisi kata ‘kiriman’ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) salah satunya adalah kata benda (noun/n), dari kata dasar ‘kirim’ plus imbuhan ‘an’ (ki.rim.an) artinya adalah barang yang dikirimkan.

Jadi, kata-kata ‘banjir kiriman’, artinya banjir (= barang) yang dikirimkan. Dalam kalimat “Badu menerima kiriman paket dari ibunya” artinya si Badu menerima paket yang (sengaja) dikirimkan oleh ibunya.

Kata Banjir menurut KBBI adalah seperti di bawah ini:       
ban.jir
[v] berair banyak dan deras, kadang-kadang meluap (tt kali dsb): krn hujan turun terus-menerus, sungai itu --; (2) n air yg banyak dan mengalir deras; air bah: pd musim hujan, daerah itu sering dilanda --; (3) n Geo peristiwa terbenamnya daratan (yg biasanya kering) krn volume air yg meningkat; (4) v ki datang (ada) banyak sekali: menjelang Lebaran di pasar – petasan

Lalu, siapa yang mengirim banjir? Dari kalimat: ‘Banjir kiriman dari Bogor’, berarti kota Bogor yang (sengaja) mengirimkan banjir. Jelas ngawur! Banjir adalah fenomena atau peristiwa alam. Menurut hukum alam di bumi ini, air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah, atau air mengalir dari gunung ke laut. Kota Bogor, suka atau tidak suka, terletak sekitar 300 meter di atas permukaan laut (dpl), jadi Bogor adalah daerah hulu (upstream) dan daerah atau kota di bawahnya merupakan daerah hilir (downstream). Dan air mengalir (turun) dari hulu ke hilir (salah satunya dan terutama) melalui sungai. Sungai besar dari hulu (Bogor) yang melintas dan sampai, serta bermuara (berakhir) di laut (Jakarta) adalah sungai Ciliwung. 
Tanpa ada yang mengirim dan tanpa perlu dikirimpun, air hujan dari gunung (Bogor dan sekitarnya)  akan selalu sampai di laut (wilayah Jakarta dan sekitarnya), Forever and for always! Peristiwa alam ini sudah terjadi dan berlangsung sejak jaman purbakala, maksudnya, sejak kota Bogor belum jadi kota dan kota Jakarta masih belum jadi kota, air (hujan) sudah mengalir turun dan berakhir di laut, dan akan terus seperti itu, kecuali, sungai Ciliwung dan sungai-sungai lain yang melintas dibelokkan jauh keluar wilayah kota Jakarta
Kota Bogor tidak pernah dan tidak pernah akan mengirim air (banjir) atau apapun yang sifatnya alami.  Kata-kata ‘banjir kiriman dari Bogor’ adalah plesetan kata yang menyesatkan bagi sebagian besar orang (dan/atau anak-anak) yang tidak mengerti atau mau memahami peristiwa (alam) yang sesungguhnya.
Banjir yang terjadi di wilayah kota Jakarta memang sebagian besar berasal dari air curah hujan yang mengalir dari wilayah Bogor. Banjir atau tidak banjir, kota Jakarta akan selalu dilintasi dan menerima aliran air dari dataran tinggi (hulu/gunung).
Dalam kisah Nabi Nuh, Tuhan (karena kejengkelan dan kemarahan-Nya) mengingatkan dan memerintahkan Nabi Nuh untuk membangun bahtera (perahu raksasa), karena Tuhan akan ‘secara sengaja’ menimbulkan, menciptakan dan ‘mengirimkan’ air bah yang akan melumat dan membersihkan isi bumi dari umat manusia yang semakin berdosa. 

Mari berhentilah memakai istilah atau kata-kata plesetan ‘banjir kiriman’-[dari Bogor], karena tidak akan ada apapun atau mahluk apapun (waras atau tidak waras), apalagi sebuah kota, di muka bumi ini yang sanggup mengirim sejumlah besar volume air yang berpotensi menimbulkan dan menyebabkan banjir, kecuali Tuhan.

Silahkan baca juga tulisan di link ini mengenai kata-kata dan hal yang sama.


Rst. Bgr 15012014   

No comments:

Post a Comment