M
|
:
|
“Ah… di mana kau jika aku memerlukanmu?”
|
Mun
|
:
|
“Aku di sini..! Tidakkah kau lihat bias purnamaku..?”
|
M
|
:
|
“Kau kah itu Mun? Kau dapat bercakap?”
|
Mun
|
:
|
“Ini musimku dan waktuku berputar, dan.., ya aku dapat bercakap,
mengapa kau gundah?”
|
M
|
:
|
“Ahhhhh….bagaimana kau tahu galauku?”
“Dan mengapa baru sekarang kau bercakap?”
|
Mun
|
:
| |
M
|
:
|
“Tak dapat kunampak kau, di manakah kau Mun? Tunjukkan purnamamu!”
|
Mun
|
:
|
”Aku memang purnama, tapi kelam malam melingkup. Tak kuasa aku
menghalau. Bukankah tempo hari kau juga datang padaku? Kau rasa
damai waktu itu? Cepat sekali hati (manusia) berganti!”
|
M
|
:
|
“Mengapa ada resah dan galau?”
|
Mun
|
:
|
“Kau berharap terlalu jauh, terlibat terlalu dalam. Bukankah dulu kau
yang sendiri meminta menjadi (seperti) malaikat, agar dapat menolong
dan membantu manusia lain?”
|
M
|
:
|
“Bagaimana kau bisa tahu Mun? Kau bukan Tuhan..! Lagi pula waktu
itu aku … ah sudahlah, tak perlu aku berkilah…!”
|
Mun
|
:
|
“Tapi aku juga ciptaan Sang Kuasa, M…, bagian dari alam semesta, tugasku memantulkan sinar sang Mentari nan perkasa, menemani manusia seperti kau salah satunya”.
|
M
|
:
|
“Jadi… salahkah aku….?”
|
Mun
|
:
|
“Tidak..M, kau tidak salah!
|
M
|
:
|
“Apakah semua akan baik-baik saja? Tak kuasa aku memikirkannya.
Perih membayangkan galaunya.”
|
Mun
|
:
|
“Kau membayang siapa …?”
|
M
|
:
|
“Mengapa kau menduga-duga Mun? Perlukah kau tahu detilnya?”
|
Mun
|
:
|
“Baiklah, maaf! Apapun atau siapapun, janganlah khawatir! Bukankah setiap manusia milik garisnya sendiri-sendiri. Apakah kau setiap kali selalu melihatku? Bukankah aku hanya terlihat sesaat sampai purnama, setelahnya kau tidak dapat menampakku? Aku menerangi malam-malam manusia hanya pada waktunya. Kau pun harus selalu menunggu untuk melihatku bersinar penuh. Apakah artinya aku berpaling? Apakah aku terlambat? Hanya kelam malam yang terkadang melingkupku, namun aku tetap purnama nun di atas manusia manapun. Jika bukan musimku, artinya aku menerangi banyak manusia lainnya di latar bumi seberang. Aku selalu bersinar M…camkan itu! Hanya terkadang di balik awan, tak kau lihat!”
“M…? Kau masih disitu..?”
|
M
|
:
|
“Aku mendengarkan …teruskan…”
|
Mun
|
:
|
“Kau marah, benci, sakit, kesal, resah?”
|
M
|
:
|
“Jangan meracau Mun..!” Bukan itu maksudku, kau jelas mengenai itu..!”
“Baiklah aku mahfum sekarang, aku akan tetap menjadi bayangnya. Seperti kau Mun.., menjadi sahabat setia isi bumi. Meski cercah purnamamu hanya sebilang musim, kau setia menemani disaat galau atau riang karena apapun juga. Bersiap didatangi kapanpun, juga tidak berhitung, meski tidak ada satupun mahluk datang padamu. Bukankah itu maksudmu? Setia berkawan bersiap mendengar dan menghalau resah dan galau dan menemani riang & girang?”
“Mun… kau dengar aku?”..Muunnnn……………!?”
|
Mun
|
:
|
…………
|
M
|
:
|
“Ahhh …., sampaikan saja salamku setiap kali ia bersitatap purnamamu” |:
|
Mun = Moon (bulan)
M = Me
Rst. Bogor 16082011
No comments:
Post a Comment