Exploring the Land of Gods

Bali Trip 2014
Exploring the Land of Gods
Tulisan dan cerita perjalanan ini saya share tanpa maksud apapun, dan persepsi dan pemikiran serta tinjauan yang mengarah pada tendensi, kecurigaan, kritik, sarkatisme atau yang sejenisnya, hanyalah persespi pribadi penulis dalam menyikapi kondisi, situasi dan keadaan pada waktu berada di tempat kejadian perkara. Sekaligus (siapa tahu) bisa merupakan saran ke arah perbaikan apabila ada dan dimungkinkan. 
             
Tulisan ini di publish terutama karena saya doyan menulis dan juga dengan pemikiran mungkin ada hal-hal yang bisa dipetik, diambil atau dihindari agar perjalanan liburan friends sekalian apakah ke Bali atau kemanapun tujuannya, bisa lebih maksimum dengan menambah dan mengurangi atau mencegah hal-hal yang tidak menyenangkan selama persiapan, berangkat, berlibur dan kembali ke kota masing-masing.
Karena lumayan panjang, cerita perjalanan ini saya bagi jadi beberapa bagian supaya bacanya gak repot, nahh…selamat berlibur.. eh..selamat membaca… *suka atau tidak suka dengan tulisan ini saya haturkan banyak terimakasih.


Oh ya, one thing for sure, pastinya banyak diantara friends yang ‘sering mondar-mandir’ ke Bali atau ke tempat-tempat lain di Indonesia atau bahkan ke belahan dunia lain, yang mungkin nyeletuk dan berkomentar “Ya ellaahhh, baru ke Bali aja heboh amat siiyyy, norak dasar!” “Fyi aja yahhh, ghuwe tuh tiap minggu breakfast di Kuta, lunch di Bangkok, trus dinner di Seoul, and tidurnya di New York, gak norak bin kampungan segitunya kayak loe!” Terhadap komentar begini, saya hanya bisa jawab (sambil mesem-mesem): “Wahhh canggih amat?! Btw, profesi friends apa? Tour leader/guide, busisness owner alias dagang, direktur, kurir, atau pilot atau pramugari ya?” Beda kasus and kapasitas dong friends, kami-kan murni berlibur alias pelancong (dengan dana swadaya, yaitu tanpa subsidi), lagian friends sendirian atau berdua ya perginya? Kami rombongan ber-sembilan orang. Kalo friends sendirian berarti kan level hebohnya cuma satu-per-sembilan (satu per sembilan), Kami? Ya.. sembilan-per-sembilan (9/9), tuh..beda jauh kan? Hmmm…kalo friends rombongan juga dan nge-tour dengan schedule kayak gitu, saya jamin serebu persen, friends akan dimaki-maki rombongan(keluarga)…mending jangan deh.. hihihihi. So.. mending share aja skalian cerita suka-duka friends, saya bisa kok jadi ghost-writer…. writing fee? Negotiable-lah, tapi syarat & ketentuan tetep berlaku yah, hehehe…Pizzzz ya friends. Yukk..lanjut.     


Prolog
      Wacana berlibur (lagi) ke Bali sudah mulai bergaung dimulai sekitar 2 tahun yang lalu (awal tahun 2012), tapi mengingat ‘satu dan sejuta perkara’, tidak seperti keluarga-keluarga lain, yang kemarin -planning lusa-berangkat, kami tidak dapat begitu saja memutuskan untuk berangkat. Ihwalnya tentu di mulai dengan, kapan waktu (bulan) yang paling tepat untuk mewujudkannya? Faktor dana dan kesamaan waktu liburan sekolah dan kuliah plus jadwal kerja dan pekerjaan, semakin memperumit rencana yang sebenarnya bagi orang lain sangat sepele. Gitu aja kok repot? Jalan aja siiyy… Hmm… okelah friends, “lain ladang kan lain kupu-kupunya?”, kondisi dan situasi kami tidak secanggih Anda-Anda sekalian.. harap maklum yah… :D
Seperti kata pepatah, “manusia merencanakan Tuhan juga yang menentukan”. Maksud? Yaa, maksud dan niat hati ingin segera… jreeengg… berangkat, nyatanya tidak semudah itu pergi berlibur ke Bali (dengan anggota keluarga yang notabene sudah taraf usia ABG alias teens dan young adult … hehehe, kami (saya, istri dan anak-anak) harus sering bersaling-silang pendapat. Berbahagialah Anda yang dapat segera mewujudkan rencana berlibur kemanapun atau apapun tanpa perlu berpikir banyak-banyak. Okei..?
       Setelah, akhirnya, mendapat angka tanggal yang tepat, 26 Desember 2013, toh mesti harus ditunda lagi, sampai awal tahun, karena pekerjaan istri yang tidak bisa ditinggal begitu saja. Nyaris…!
       Berangkat? Belumlah.. ini masih sekitar pertengahan-Oktober.. hehehe.

Persiapan
      Setelah tanggal yang pasti didapat dari hasil mengumpulkan, menganalisa data, hitung-hitungan dana, jadwal masa liburan sekolah/kuliah dan beban pekerjaan, dan faktor-faktor x lainnya, maka dilakukan persiapan.
Persiapan yang dimaksud  dimulai dari pengadaan koper dan tas yang akan dipakai, pesan tiket pesawat, hotel dan tempat-tempat yang akan dikunjungi. Ribet amat yah? Hahaha… kelak friends akan tahu-bin-ngeh kenapa persiapan harus sedemikian heboh.
        Untuk urusan pesanan tiket, saya ‘hibahkan’ pada teman yang memang berkapasitas sebagai ticketing agent, alias sudah malang-melintang di dunia pengadaan tiket-meniket pesawat, jelas supaya dapat tarip yang ekonomis dan waktu keberangkatan dan pulang secara wajar. Perlu diketahui kami adalah rombongan ber-9 orang, saya dan keluarga plus satu lansia, my mother-inlaw alias mama istri saya, (selanjutnya kita sebut saja 'Oma') lima orang dan kerabat keluarga empat orang, dan.. lagi-lagi saya harus sendirian sebagai-adult male-nya.. karena sisanya (3 orang) meskipun laki-laki tapi hitungannya adalah teen dan young adult…. :( Nasi sudah jadi nasi goreng.. nikmati sajalah, saya jadinya (kembali) berperan sebagai Lone Ranger, alias cowok dewasa satu-satunya. Sapa takuttt…. ??! hehehe…
     Setelah bolak-balik kontak-mengontak urusan konfirmasi tiket, akhirnya semua selesai dengan selamat…  So many thanks to our friend, Fieneke Budhyantari.
            Berikutnya urusan hotel booking, mengingat perjalanan ini adalah Bali trip kami yang ke sekian kali, kami mengontak hotel langganan yang letaknya di jalan pantai Kuta. Penuh!! Wahh..? Kalang-kabut plus kecewa berat, salah sendiri kami menunda-nunda pemesanan kamar hotel (imbas dari kekacauan pencarian jadwal bla..bla..bla…..). Akhirnya saya googling, setelah mendapat info dan saran mengenai hotel2 dengan letak, room-rate dan kondisi yang kira-kira sesuai dengan kemampuan serta selera dan style liburan kami. Ini adalah kali pertama saya belanja online, lumayan dag-dig-dug, karena pembayaran harus memakai kartu kredit secara online.
           
        Sebuah International-chain hotel dengan economy tariff tapi masih berasa- berbintang akhirnya terpilih. Lokasinya di daerah Seminyak, tidak jauh dari pantai Seminyak. Hmmm… lumayanlah, semoga cocok. Kami pesan untuk 3 malam pertama. Deal alias beres. Thanks to me…! (kan saya sendiri yang searching, booking!) Lets go Bali

Pesan moral: Bersiaplah perang kalo mau liburan dengan nyaman. Loh?!!

Exploring the Land of Gods-Day 1
Bandara Ngurah Rai - Seminyak
      Hujan lumayan deras menyambut touched-down yang menandakan pesawat sudah tiba di pintu gerbang-udara Ranah para Dewata alias di Bandara International Ngurah Rai, Bali. Setelah pesawat full-stop kami belum bisa bergegas turun tapi masih harus menunggu di atas pesawat, tidak bisa langsung turun karena mobil-tangga masih dalam perjalanan… hmmm…bikin jantung tambah penasarann..  
        Sambil menunggu saya merenungi kembali pengalaman penerbangan tadi. Meskipun penerbangannya mulus2 saja, Thanks God!, tapi saya ingat waktu lepas landas dan landing, pesawat berbunyi keras, seperti berjalan di jalanan yang tidak rata… belum lagi selepas air-borne, pesawat rasanya kok lama amat menanjak ke atas, maklum pesawatnya jenis boeing 737-900, konon harus naik sampai ketinggian (cruising flight) sampai sekitar 30.000 kaki (?). Jelas dong saya komat-kamit, segera mengontak sang Pencipta, mengemis dalam hati agar pesawat kami dapat lepas-landas-terbang-dan-mendarat dengan selamat bin utuh! Ingat ya friends, saya kan takut ketinggian…bayangkan tuh, orang yang takut ketinggian di bawa naik sampai 30.000 kaki!! Saya merem-mata sejadi-jadinya eh, serapat-rapatnya sajalah. Hehehe…
      Akhirnya kami benar-benar turun juga dari pesawat, dengan utuh!.. fiuhhh..!! dan setelahnya menunggu masuk ke shuttle bus yang membawa penumpang ke terminal kedatangan Bandara.
      Sejak berangkat dari Bogor, hampir 12 jam kemudian kami baru tiba di tujuan, wuihhh!! Siapa bilang naik pesawat enak?? Mau check-in harus tunggu, setelah check-in tunggu lagi, masuk ke boarding area tunggu lagi, masuk ke pesawat nunggu lagi, karena banyak pesawat yang turun-naik juga, sudah mendarat di tujuan, tunggu lagi. Tungguuuuuu terussss…. :’(. Rasanya kali terakhir saya pergi, dengan pesawat juga, tidak separah sekarang tunggu-menunggunya?! Mungkin semakin banyak orang naik pesawat ya… thanks to cheap-flight dan motto penerbangan jaman sekarang: “Semua orang bisa naik pesawat”. Padahal tiketnya gak cheap-cheap amat kok, sumpah!
      Di terminal kedatangan, kami harus “menunggu” lagi untuk mengambil baggage alias koper. Ruang terminal kedatangan masih bangunan lama, hanya saja terasa jauh lebih kumuh dan berantakan sejak kali terakhir kami/saya ke Bali ini. Selain karena termakan usia, rupanya sedang ada renovasi besar-besaran di Bandara ini. Saya memang sudah mendengar dan membaca, Bandara Ngurah Rai sudah direnov habis-habisan dan dengan tingkat kenyamanan serta aristektur eksotis plus modern khas Bali. Rupanya, Turdom (turis domestik) harus menunggu lebih lama lagi untuk menikmatinya, karena Turas (turis asing) diprioritaskan, karena terminal kedatangan international flight konon lebih dulu selesai dipoles, ya gak apalah…. hmmm… dolar memang lebih mahal ketimbang Rupiah, tapi kami kan hitungannya anak-negeri dong Bli.. akkhhh… whatever-lah *sebel bin jengkel.
       Setelah semua koper rombongan dikumpulkan, koper kami sih hanya dua (2), ha…inilah yang saya bilang perlu persiapan matang untuk liburan jarak jauh dan agak lama dengan anggota keluarga lengkap, a.k.a sekampung. Kami sengaja mengadakan dan memakai satu koper ukuran sedang dan satu ukuran agak besar, cukup untuk keperluan memboyong pakaian sekeluarga ber-empat. Kalaupun ada cabin-baggage yah harus di bawa masing-masing dong, kan sudah bukan anak-anak lagi! Alhasil, waktu mengumpulkan dan menunggu koper jadi jauh lebih singkat dan membawanyapun tidak ribet macam orang pulang mudik, heheheh…. Hitung-hitung, ada sekitar 13 koper termasuk cabin baggage  dalam rombongan kami. Banyak  bukan…?!!
            Dengan memakai troli dan kursi roda (bawaan sendiri) untuk Oma, rombongan kami menuju ke pintu keluar bandara. Benar saja, perlu berjalan beberapa ratus meter untuk sampai di pelataran parkir bandara..wahhhh….!! Kok gak ada friends yang info yah? Padahal saya sering baca status friends di FB, @Bandara Ngurah Rai Bali, or @Ngurah Rai Airport Bali dan sejenisnya. Gak ada info soal ini itu.. apalagi mengenai renovasi or jalan koridor yang lumayan jauh..
Untung koper kami ada rodanya (saya memakai koper beroda empat!! Lebih ringan di tarik or dorong or diapain juga… thanks roda empat!.. heheheh.
       Meski fisik masih dikuat-kuatkan, tapi mental sudah mulai lelah dan ngambeg, mengingat perjalanan lumayan lama dan panjang untuk sampai di sini. Jadinya saya tidak terlalu peduli dengan keadaan sekitar bandara. Memang jelas telah di renovasi, dengan koridor yang jauh lebih lapang dan terbuka (country-style).. wahh hebat, sebab saya juga tidak terlalu suka berada di ruangan berpendingin terlalu lama. Dinginlah…!! 
      Koridor panjang menuju pintu keluar dipenuhi para pelancong dan turis segala bangsa yang baru tiba, berjalan bergegas dan terburu-buru dan terseok-seok, mendorong, menarik dan menjinjing koper dan bawaan masing-masing, dengan gerai-gerai (tidak tahu apa saja, karena mata saya malas jajan-jijin melihat-lihat) di sisi sebelah kiri, dan sekilas saya lihat di sudut-sudut tiang koridor diberi berbagai dekorasi ala Bali, dengan gambar-gambar kupu-kupu raksasa warna-warni di lukis di lantai, unik dan kreatif. Akhirnya kami sampai diujung koridor setelah terseok-seok mendorong troli. Anak-anak? hmmm, nampaknya mereka excited tingkat dewa.., dua anak saya malah saling lomba dorong troli… di koridor yang memang lapang. Namaknya juga anak-anak(?)…Ada-ada saja, usia memang tidak bisa bohong....  Dua buah mobil jemputan (yang sudah dipesan jauh-jauh hari) sudah menunggu. Malang bagi para pelacong yang baru tiba yang ingin memakai taksi, karena antrian untuk taksi saya lihat mengular sampai beberapa puluh meter.. hmmm.. semoga cepat dapat taksi ya guys … :D
Untunglah kami sudah pesan kendaraan jauh-jauh hari. Thanks to kerabat kami yang tinggal di Bali, yang sangat membantu melakukan pengaturan sewa-menyewa mobil dan jemputan Bandara-hotel. Seingat saya, kalau tinggal di hotel langganan tempat biasa kami menginap, biasanya kami selalu mendapat fasilitas jemputan free-of-charge. Lagi-lagi karma akibat bersantai-santai menunda pemesanan kamar hotel dan tiket pesawat (untuk peak-season, harus sekitar 3 bulan di muka! Kami jadinya harus mengeluarkan extra expense untuk shuttle service ini.. Hehehe… okelah next time earlier…)
Hujan masih setia turun. Ini kali pertama saya berlibur ke sini disambut hujan. Kelak si hujan ini terus mengikuti dan menemani kami sampai hari ke tiga… ahhh…sentimen ya!!  Sudah sekitar pukul 6 sore waktu kami berangkat keluar bandara, dan jalanan keluar macet, padat merayap, terus sampai ke boulevard. Gara-gara hujan juga sih… Grrrr…. !!!
       Mulailah kami membelah memasuki kota Denpasar, menuju daerah Seminyak, karena hari sudah mulai gelap tidak terlalu banyak yang dapat dilihat. Kecuali jalan-jalan kecil di seputaran Seminyak yang masih lumayan kami kenali nuansanya, yaitu aneka macam gaya turis seliweran dengan aneka-rupa warna dan gaya berpakaian. Nahhh… rupanya kami sudah sampai di Bali! Hahaha. Kenangan lamapun segera terpanggil, betapa entah rasa apa yang bergemuruh di benak dan hati saya (saya tidak tahu dong perasaan dan isi pikiran yang lain..?!, mereka berada di mobil lainnya…) heheheh…
        Sampailah kami dengan selamat dan tak kurang apapun, eh.. hanya kebugaran dan pikiran saya yang berkurang karena lelah akibat perjalanan yang-rasanya-tidak-sampai-sampai…. Thanks God. Bali we are back!!
        Fave Hotel adalah sebuah international-chain economy hotel, yang mengklaim dirinya The Winner sebagai yang the best. Maksudnya, Best Winner International Chain Economy Hotel, tuh.. ya okelah thank you… . Selagi menunggu check-in, terlihat turas dari berbagai negara seliweran keluar masuk, diselingi  turdom juga, hmm.. rasanya 80an persen isinya adalah turis asing berbagai negara, sisanya sesama turdom.  Pelayanannya cukup ramah dan hangat dari para Bli dan Yu mulai dari security, bell-boy dan para petugas di front-office, well … rupanya kami tidak salah pilih hotel, kelak saya bersyukur memilih hotel di lokasi Seminyak ini, karena di Kuta dan Denpasar pun ada Favehotel lainnya.
Bangunannya relatif baru dan memang khas hotel, artinya bertingkat-tingkat dengan kamar-kamar seperti layaknya hotel beneran, dengan lobby area yang agak kecil tapi masih nyaman. Hotel ini kami pilih karena masih di bawah asuhan Aston, tapi dengan tarip ekonomi (mulai 300rb ++, utk standard room plus b’fast, kecuali saat peak season seperti sekarang, jadi dua kali tarip, namun ada promo price dengan syarat wajib menginap minimal 3 hari/kamar). Memang ukuran kamarnya agak kecil dan rupanya ditujukan bagi para pelancong yang bermaksud menghabiskan sebagian besar waktunya di luar hotel. Kami memang kembali datang bukan untuk berlibur di kamar hotel (apapun), tetapi di Bali.. hehehehe. Sekitar pukul 8 malam waktu setempat, setelah kunci tiga kamar pesanan didapat, di lantai 6, paling atas, kami segera masuk ke kamar dan saya segera membantingkan diri ke kasur. Pingsan!!
Tidur!? No way..!! Baru juga tiba, masak tidur?? Acaranya adalah hunting dinner. Setelah meletakkan koper dan berganti baju yang lebih santai, rombongan kami berjalan ke arah kiri menyusuri jalan Abimayu (dahulu Dhyana Pura). Kalau diteruskan, akan buntu karena sampai di tepi pantai Seminyak.  
Berbeda dengan wilayah Kuta, di Seminyak ini rata-rata bangunannya masih tradisional dan bergaya lama. Berbagai “Warung” makan-minum menyajikan ragam makanan sesuai selera. Yang namanya Warung di sekitaran Kuta-Seminyak ini, bukan warung rokok atau kios keperluan sehari-hari seperti yang ada dekat rumah kita loh Friends. Warung di sini adalah nama merek atau sebutan untuk café atau resto, dengan gaya serta kondisi yang sebelas-duabelas dengan “Warung Made” misalnya, terbuka, dengan perabot (meja-kursi) serba dari kayu, menghadap ke jalanan…tahu kann? Sebagian lainnya lebih modern, tapi ditata kurang lebih sama, agar memberikan kenyamanan maksimum bagi pelancong yang ingin sekedar minum-minum atau makan berat. Kelak setelah lewat pukul sepuluh malam, beberapa warung-warung ini berubah wajah menjadi semacam diskotek yang hingar-bingar, dipenuhi muda-mudi berbagai bangsa, pertanda night-life di mulai sampai dini hari. Wahh… lumayan berisik. 
Setelah memilih-milih dari papan menu yang cocok untuk semua, kami ber-delapan, masuk sebuah café alias warung yang terletak di lantai atas, harus naik tangga untuk sampai di tempat makannya. Selesai santap malam, dengan menu yang rada minim porsinya tapi dipatok di atas rata-rata harga IDR, kami sepakat memutuskan untuk sekedar menengok pantai. Lagi pula sejak tiba, kami belum bertemu dengan yang namanya laut!! Gak bisa gitu lah yah….
Hujan gerimis masih rajin turun ketika kami menelusuri jalan ke arah pantai, sekitar lima-ratus meter untuk sampai di pantai. Ketika hampir tiba di dekat pantai, hujan semakin lebat. Kami tergopoh-gopoh minta izin berteduh di sebuah pos jaga-gerbang hotel yang lumayan besar, dan sempat berbincang dengan para petugas security (yang mungkin terheran-heran, ini orang ngapain ujan-ujanan ke pantai, tapi tetap ramah meladeni turdom macam kami).
Hanya satu dua pelancong lalu-lalang di jalanan menuju pantai ini. Sekali-kali terdengar teriakan ke arah kami, “bike, bike.. mister”. Mereka rupanya “ojek” yang menawarkan sewa sepeda motor.  Sang petugas jaga mengingatkan kami, saat ini di pantai angin kencang, dan ombak besar. Tidak ada yang bisa dilihat. Hmmmm, hati kami agak penasaran sekaligus kecewa. Saya teringat, dahulu saat malam hari kami masih sempat berkeliling di pasir pantai Kuta, berpura-pura menyusuri jalan pantai melihat dan mencuri-curi íntip” pasangan-pasangan yang lagi kasmaran yang mengumbar janji di tepi pantai.. wahh romantis gilaa….dan kembali memutar ke hotel melalui jalan Legian. Tanpa hujan setetespun tentunya.
Dengan menguatkan hati yang penasaran, kami bertekad-bulat (-layaknya serdadu penyelamat yang sudah terkepung dalam film laga-perang ala Hollywood “Saving Private Ryan”) menuju pantai, di bawah hujan yang ternyata, sialnya, semakin membesar. Sampai di bibir pantai, ternyata bukan angin, tapi badai! Wahh...kacau.. anginnya bertiup kencang sekali, dan ombak berdebum-debum.. ahhh ngerrii lah… and jelas basah!! Segera saya perintahkan untuk kembali pulang ke hotel. Sampai di hotel, kami setengah basah-kuyup, tapi rasa penasaran sudah setengahnya hilang. Paling tidak kami sudah “menengok” pantai, meski gagal togal. (straight face!).
       End of day one. Waktunya istirahat di hotel. Good nite friends…

Pesan moral: Bersakit-sakit terbang dahulu, bersantai-santai kemudian. Ya iyalah… kan ? : ))

Bersambung ke Exploring the Land of Gods-Day 2


Kosa-kata dialek:

- doyan : suka, senang, gemar
- mondar-mandir : sering pulang-pergi
- norak : berlebihan
- mesem-mesem : tersenyum (menahan malu)
- ghuwe : dari kata gua artinya aku/saya (bahasa pergaulan, kasar)
- mending : lebih baik, sebaiknya
- heboh : gaduh, ribut, gempar
- dimaki-maki : dimarahi, dicerca
- serebu : seribu
- lusa : hari sesudah besok
- gitu : dari kata be.gi.tu = seperti itu; demikian itu
- nyaris : hampir saja terjadi
- ribet : ungkapan = rumit, berbelit-belit
- sapa : dari kata, siapa
- kalang-kabut : ungkapan = perasaan bingung, gugup
- imbas : pengaruh, dampak, akibat
- dag-dig-dug : ungkapan = perasaan khawatir, cemas, was-was, takut
- lumayan : menunjukkan kualitas, cukup, sedang, tidak terlalu jelek.
- bin : dan/serta/plus; contoh selamat-bin-utuh = selamat dan utuh
- merem : menutup mata
- rupanya : agaknya, kiranya, sepertinya
- sebel : merasa kesal, dongkol, kecewa
- ngambeg : perasaan tidak nyaman, marah, jengkel, kesal
- jajan-jijin : ungkapan = melihat-lihat sepintas-kilas
- mengular : ungkapan = panjang
- seliweran : berjalan lalu-lalang, bolak-balik, pergi-datang
- tegopoh-gopoh : terburu-buru, bergegas, cepat-cepat
- basah-kuyup : ungkapan = basah akibat tersiram

 Pesan non-moral (tips):
  • Setelah merencanakan perjalanan berlibur ke tempat yang jauh (luar kota dan/atau luar negeri) jagalah kesehatan dan kebugaran fisik dan mental, terutama anak-anak agar selalu diingatkan agar tidak terluka (fisik) atau sakit, ketika sudah dekat/tiba waktunya untuk berlibur.
  • Bawalah pakaian dan keperluan yang dibutuhkan saja, sesuai kondisi cuaca, iklim dan tempat berlibur.
  • Pakailah kopor dan tas yang kuat dan berkualitas baik serta tahan-banting dan memiliki pengaman memadai (karena memang benar-benar akan di lempar, ditekan, ditindih, ditarik pada waktu baggage handling di bandara atau terminal transportasi).
  • Kalau memang ternyata perlengkapan kurang setelah tiba di tempat berlibur (pakaian, tas, atau apapun), Anda selalu dapat mencarinya di tempat tujuan. Jika dana dan budget Anda leluasa, pilih yang agak unik, tahan lama serta berkualitas dan anggap saja sebagai memori perjalanan, mereka selalu dapat dipakai lagi untuk perjalanan berlibur berikutnya.
  • Lakukan pemesanan tiket pesawat dan kamar hotel, jauh-jauh hari (minimal 3 bulan di muka pada saat peak-season.
  • Apabila ada yang dikenal/contact person (travel agent, rekan, sahabat, kenalan dan sebagainya) di tempat tujuan, jangan ragu dan malu untuk meminta informasi dan saran tentang segala sesuatunya sebelum memulai perjalanan.
  • Jika membawa bayi, balita, anak-anak kecil atau orang-tua (apalagi jika berpotensi jatuh sakit), minta dan siapkan nomor telepon dan alamat rujukan dokter atau rumah sakit, dari dokter keluarga Anda (jika ada) untuk berjaga-jaga di saat darurat. Jangan lupa dan ragu untuk membawa obat-obatan dan vitamin yang biasa dikonsumsi.

4 comments:

  1. Rick,liburan dengan formasi keluarga lengkap jarang2 tuch! Apalg u'r boys ga bs disebut anak kcl lg,biasanya mrk dah pny acara sendiri! So,biar ribet-heboh-menguras (kantong), pasti teuteup jd kenangan manis sepanjang masa! Ditambah keikutsertaan u'r mother-inlaw...wow, moment langka choy...! Ditunggu lho kelanjutan ceritanya, coz bikin penasaran! Maklum sy sndr prnh tggl 3 thn di Bali tp terakhir ke Bali thn 2008....(Ups..ga kerasa dah 6 thnyl), makax penjabaran yg lumayan detail dr mulai landing di Bandara Ngurah Rai...menggelitik memori jg!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank you Tina a.k.a Kirsya. aka Doktin.. hahaha...moga-moga bisa membankitkan memory about your stay in Bali or your last trip. cerita lanjutan sedang di proses.... (y)

      Delete
  2. hahaha....seru jg bacanya, apalagi dng gaya bahasa Icky, sueeer...nyengir sendiri, ditunggu lanjutannya....:D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Fiennn..... thank you ... (moga-moga gak kapok ya... hehehe..) lanjutan under process nih... ujan terus sihh... jadi tersendat-sendat (loh...! apa hubungannya...?) hahaha..... ;)

      Delete