Exploring
the Land of Gods
Tulisan dan cerita perjalanan ini saya share tanpa maksud apapun, dan persepsi
dan pemikiran serta tinjauan yang mengarah pada tendensi, kecurigaan, kritik,
sarkatisme atau yang sejenisnya, hanyalah persespi pribadi penulis dalam
menyikapi kondisi, situasi dan keadaan pada waktu berada di tempat kejadian
perkara. Sekaligus (siapa tahu) bisa merupakan saran ke arah perbaikan apabila
ada dan dimungkinkan.
Tulisan ini di publish terutama karena saya doyan
menulis dan juga dengan pemikiran mungkin ada hal-hal yang bisa dipetik,
diambil atau dihindari agar perjalanan liburan friends sekalian apakah ke Bali
atau kemanapun tujuannya, bisa lebih maksimum dengan menambah dan mengurangi
atau mencegah hal-hal yang tidak menyenangkan selama persiapan, berangkat,
berlibur dan kembali ke kota
masing-masing.
Karena lumayan panjang, cerita perjalanan ini
saya bagi jadi beberapa bagian supaya bacanya gak repot, nahh…selamat
berlibur.. eh..selamat membaca… *suka atau tidak suka dengan tulisan ini saya
haturkan banyak terimakasih.
Oh ya, one
thing for sure, pastinya banyak diantara friends yang ‘sering mondar-mandir’ ke Bali atau
ke tempat-tempat lain di Indonesia atau bahkan ke belahan dunia lain, yang
mungkin nyeletuk dan berkomentar “Ya ellaahhh, baru ke Bali aja heboh amat
siiyyy, norak dasar!” “Fyi aja yahhh, ghuwe tuh tiap minggu breakfast di Kuta, lunch di Bangkok , trus dinner di Seoul , and tidurnya di New York, gak norak
bin kampungan segitunya kayak loe!” Terhadap komentar begini, saya hanya bisa
jawab (sambil mesem-mesem): “Wahhh canggih amat?! Btw, profesi friends apa? Tour
leader/guide, busisness owner alias dagang, direktur, kurir, atau pilot atau
pramugari ya?” Beda kasus and kapasitas dong friends, kami-kan murni berlibur alias pelancong (dengan
dana swadaya, yaitu tanpa subsidi), lagian friends sendirian atau berdua ya
perginya? Kami rombongan ber-sembilan orang. Kalo friends sendirian berarti kan level hebohnya cuma satu-per-sembilan (satu per sembilan), Kami? Ya..
sembilan-per-sembilan (9/9), tuh..beda jauh kan ? Hmmm…kalo friends rombongan juga dan nge-tour
dengan schedule kayak gitu, saya
jamin serebu persen, friends akan dimaki-maki rombongan(keluarga)…mending
jangan deh.. hihihihi. So.. mending share aja skalian cerita suka-duka friends,
saya bisa kok jadi ghost-writer…. writing fee? Negotiable-lah, tapi syarat & ketentuan tetep berlaku yah, hehehe…Pizzzz
ya friends. Yukk..lanjut.
Prolog
Wacana berlibur (lagi) ke Bali sudah mulai bergaung dimulai sekitar 2 tahun yang
lalu (awal tahun 2012), tapi mengingat ‘satu dan sejuta perkara’, tidak seperti
keluarga-keluarga lain, yang kemarin -planning lusa-berangkat, kami tidak dapat begitu saja memutuskan untuk berangkat. Ihwalnya
tentu di mulai dengan, kapan waktu (bulan) yang paling tepat untuk
mewujudkannya? Faktor dana dan kesamaan waktu liburan sekolah dan kuliah plus jadwal
kerja dan pekerjaan, semakin memperumit rencana yang sebenarnya bagi orang lain
sangat sepele. Gitu aja kok repot? Jalan aja siiyy… Hmm… okelah friends, “lain ladang kan lain kupu-kupunya?”, kondisi dan
situasi kami tidak secanggih Anda-Anda sekalian.. harap maklum yah… :D
Seperti kata pepatah, “manusia merencanakan Tuhan
juga yang menentukan”. Maksud? Yaa, maksud dan niat hati ingin segera… jreeengg…
berangkat, nyatanya tidak semudah itu pergi berlibur ke Bali
(dengan anggota keluarga yang notabene sudah taraf usia ABG alias teens dan young adult … hehehe, kami (saya, istri dan anak-anak) harus sering
bersaling-silang pendapat. Berbahagialah Anda yang dapat segera mewujudkan
rencana berlibur kemanapun atau apapun tanpa perlu berpikir banyak-banyak.
Okei..?
Setelah, akhirnya, mendapat angka
tanggal yang tepat, 26 Desember 2013, toh mesti harus ditunda lagi, sampai awal
tahun, karena pekerjaan istri yang tidak bisa ditinggal begitu saja. Nyaris…!
Berangkat? Belumlah.. ini masih
sekitar pertengahan-Oktober.. hehehe.
Persiapan
Setelah tanggal yang pasti didapat
dari hasil mengumpulkan, menganalisa data, hitung-hitungan dana, jadwal masa liburan
sekolah/kuliah dan beban pekerjaan, dan faktor-faktor x lainnya, maka dilakukan
persia pan.
Persiapan yang dimaksud dimulai dari pengadaan koper dan tas yang
akan dipakai, pesan tiket pesawat, hotel dan tempat-tempat yang akan
dikunjungi. Ribet amat yah? Hahaha… kelak friends akan tahu-bin-ngeh kenapa persia pan harus sedemikian heboh.
Untuk ur usan
pesanan tiket, saya ‘hibahkan’ pada teman yang memang berkapasitas sebagai ticketing agent, alias sudah malang - melintang
di dunia pengadaan tiket-meniket
pesawat, jelas supaya dapat tarip yang ekonomis dan waktu keberangkatan dan
pulang secara wajar. Perlu diketahui kami adalah rombongan ber-9 orang, saya
dan keluarga plus satu lansia, my mother-inlaw
alias mama istri saya, (selanjutnya kita sebut saja 'Oma') lima
oran g dan kerabat keluarga empat oran g, dan.. lagi-lagi saya harus sendirian sebagai-adult male-nya.. karena sisanya (3
orang) meskipun laki-laki tapi hitungannya adalah teen dan young adult…. :( Nasi sudah jadi nasi goreng.. nikmati
sajalah, saya jadinya (kembali) berperan sebagai Lone Ranger, alias cowok
dewasa satu-satunya. Sapa takuttt…. ??! hehehe…
Setelah bolak-balik kontak-mengontak
ur usan
konfirmasi tiket, akhirnya semua selesai dengan selamat… So many thanks to our friend, Fieneke Budhyantari.
Berikutnya ur usan
hotel booking, mengingat perjalanan
ini adalah Bali trip kami yang ke sekian kali,
kami mengontak hotel langganan yang letaknya di jalan pantai Kuta. Penuh!!
Wahh..? Kalang-kabut plus kecewa berat, salah sendiri kami menunda-nunda
pemesanan kama r hotel (imbas dari kekacauan
pencarian jadwal bla..bla..bla…..). Akhirnya saya googling, setelah mendapat info dan saran mengenai hotel2 dengan
letak, room-rate dan kondisi yang
kira-kira sesuai dengan kemampuan serta selera dan style liburan kami. Ini adalah kali pertama saya belanja online,
lumayan dag-dig-dug, karena pembayaran harus memakai kartu kredit secara online.
Sebuah International-chain hotel
dengan economy tariff tapi masih
berasa- berbintang akhirnya terpilih. Lokasinya di daerah Seminyak, tidak jauh
dari pantai Seminyak. Hmmm… lumayanlah, semoga cocok. Kami pesan untuk 3 malam
pertama. Deal alias beres. Thanks to me…! (kan saya sendiri yang searching, booking!) Lets go Bali …
Pesan
moral: Bersiaplah perang kalo mau liburan dengan nyaman. Loh?!!
Exploring
the Land of Gods -Day
1
Bandara Ngurah
Rai - Seminyak
Hujan lumayan deras menyambut touched-down yang menandakan pesawat sudah tiba di pintu
gerbang-udara Ranah para Dewata alias di Bandara International Ngurah Rai, Bali . Setelah pesawat full-stop
kami belum bisa bergegas turun tapi masih harus menunggu di atas pesawat, tidak
bisa langsung turun karena mobil-tangga masih dalam perjalanan… hmmm…bikin
jantung tambah penasarann..
Sambil menunggu saya merenungi
kembali pengalaman penerbangan tadi. Meskipun penerbangannya mulus2 saja,
Thanks God!, tapi saya ingat waktu lepas landas dan landing, pesawat berbunyi keras, seperti berjalan di jalanan yang
tidak rata… belum lagi selepas air-borne,
pesawat rasanya kok lama amat menanjak ke atas, maklum pesawatnya jenis boeing
737-900, konon harus naik sampai ketinggian (cruising flight) sampai sekitar 30.000 kaki (?). Jelas dong saya
komat-kamit, segera mengontak sang Pencipta, mengemis dalam hati agar pesawat
kami dapat lepas-landas-terbang-dan-mendarat dengan selamat bin utuh! Ingat ya
friends, saya kan
takut ketinggian…bayangkan tuh, oran g yang takut
ketinggian di bawa naik sampai 30.000 kaki!! Saya merem-mata sejadi-jadinya eh,
serapat-rapatnya sajalah. Hehehe…
Akhirnya kami benar-benar turun juga
dari pesawat, dengan utuh!.. fiuhhh..!! dan setelahnya menunggu masuk ke shuttle bus yang membawa penumpang ke
terminal kedatangan Bandara.
Sejak berangkat dari Bogor, hampir
12 jam kemudian kami baru tiba di tujuan, wuihhh!! Siapa bilang naik pesawat
enak?? Mau check-in harus tunggu,
setelah check-in tunggu lagi, masuk
ke boarding area tunggu lagi, masuk
ke pesawat nunggu lagi, karena banyak pesawat yang turun-naik juga, sudah
mendarat di tujuan, tunggu lagi. Tungguuuuuu terussss…. :’(. Rasanya kali
terakhir saya pergi, dengan pesawat juga, tidak separah sekarang
tunggu-menunggunya?! Mungkin semakin banyak oran g
naik pesawat ya… thanks to cheap-flight
dan motto penerbangan jaman sekarang: “Semua oran g bisa naik pesawat”. Padahal tiketnya
gak cheap-cheap amat kok, sumpah!
Di terminal kedatangan, kami harus “menunggu”
lagi untuk mengambil baggage alias
koper. Ruang terminal kedatangan masih bangunan lama, hanya saja terasa jauh
lebih kumuh dan berantakan sejak kali terakhir kami/saya ke Bali
ini. Selain karena termakan usia, rupanya sedang ada reno vasi besar-besaran di Bandara ini. Saya
memang sudah menden gar dan membaca, Bandara
Ngurah Rai sudah direnov habis-habisan dan dengan tingkat kenya manan serta
aristektur eksotis plus modern khas Bali. Rupanya, Turdom (turis domestik) harus menunggu
lebih lama lagi untuk menikmatinya, karena Turas (turis asing) diprioritaskan,
karena terminal kedatangan international
flight konon lebih dulu selesai dipoles, ya gak apalah…. hmmm… dolar memang
lebih mahal ketimbang Rupiah, tapi kami kan
hitungannya anak-negeri dong Bli.. akkhhh… whatever-lah
*sebel bin jengkel.
Setelah semua koper rombongan dikumpulkan,
koper kami sih hanya dua (2), ha…inilah yang saya bilang perlu persia pan
matang untuk liburan jarak jauh dan agak lama dengan anggota keluarga lengkap,
a.k.a sekampung. Kami sengaja mengadakan dan memakai satu koper uk uran sedang dan satu uk uran agak
besar, cukup untuk keperluan memboyong pakaian sekeluarga ber-empat. Kalaupun
ada cabin-baggage yah harus di bawa
masing-masing dong, kan
sudah bukan anak-anak lagi! Alhasil, waktu mengumpulkan dan menunggu koper jadi
jauh lebih singkat dan membawanyapun tidak ribet macam oran g pulang mudik, heheheh…. Hitung-hitung,
ada sekitar 13 koper termasuk cabin baggage dalam rombongan kami. Banyak
bukan…?!!
Dengan memakai troli dan kursi roda
(bawaan sendiri) untuk Oma, rombongan kami menuju ke pintu keluar
bandara. Benar saja, perlu berjalan beberapa ratus meter untuk sampai di
pelataran parkir bandara..wahhhh….!! Kok gak ada friends yang info yah? Padahal
saya sering baca status friends di FB, @Bandara Ngurah Rai Bali, or @Ngurah Rai
Airport Bali dan sejenisnya. Gak ada info soal ini itu.. apalagi mengenai reno vasi or jalan koridor
yang lumayan jauh..
Untung koper kami ada rodanya (saya memakai koper
beroda empat!! Lebih ringan di tarik or dorong or diapain juga… thanks roda
empat!.. heheheh.
Meski fisik masih dikuat-kuatkan,
tapi mental sudah mulai lelah dan ngambeg, mengingat perjalanan lumayan lama
dan panjang untuk sampai di sini. Jadinya saya tidak terlalu peduli dengan
keadaan sekitar bandara. Memang jelas telah di reno vasi, dengan koridor yang jauh lebih
lapang dan terbuka (country-style)..
wahh hebat, sebab saya juga tidak terlalu suka berada di ruangan berpendingin
terlalu lama. Dinginlah…!!
Koridor panjang menuju pintu keluar dipenuhi
para pelancong dan turis segala bangsa yang baru tiba, berjalan bergegas dan
terburu-buru dan terseok-seok, mendorong, menarik dan menjinjing koper dan bawaan
masing-masing, dengan gerai-gerai (tidak tahu apa saja, karena mata saya malas jajan-jijin
melihat-lihat) di sisi sebelah kiri, dan sekilas saya lihat di sudut-sudut
tiang koridor diberi berbagai dekorasi ala Bali ,
dengan gambar-gambar kupu-kupu raksasa warna-warni di lukis di lantai, unik dan
kreatif. Akhirnya kami sampai diujung koridor setelah terseok-seok mendorong
troli. Anak-anak? hmmm, nampaknya mereka excited
tingkat dewa.., dua anak saya malah saling lomba dorong troli… di koridor yang
memang lapang. Namaknya juga anak-anak(?)…Ada-ada saja, usia memang tidak bisa
bohong.... Dua buah mobil jemputan (yang
sudah dipesan jauh-jauh hari) sudah menunggu. Malang bagi para pelacong yang baru tiba yang
ingin memakai taksi, karena antrian untuk taksi saya lihat mengular sampai
beberapa puluh meter.. hmmm.. semoga cepat dapat taksi ya guys … :D
Untunglah kami sudah pesan kendaraan jauh-jauh hari.
Thanks to kerabat kami yang tinggal di Bali ,
yang sangat membantu melakukan pengaturan sewa-menyewa mobil dan jemputan
Bandara-hotel. Seingat saya, kalau tinggal di hotel langganan tempat biasa kami
menginap, biasanya kami selalu mendapat fasilitas jemputan free-of-charge. Lagi-lagi karma akibat bersantai-santai menunda
pemesanan kamar hotel dan tiket pesawat (untuk peak-season, harus sekitar 3 bulan di muka! Kami jadinya harus mengeluarkan
extra expense untuk shuttle service
ini.. Hehehe… okelah next time earlier…)
Hujan masih setia turun. Ini kali pertama saya
berlibur ke sini disambut hujan. Kelak si hujan ini terus mengikuti dan
menemani kami sampai hari ke tiga… ahhh…sentimen ya!! Sudah sekitar pukul 6 sore waktu kami
berangkat keluar bandara, dan jalanan keluar macet, padat merayap, terus sampai
ke boulevard. Gara-gara hujan juga sih… Grrrr…. !!!
Mulailah kami membelah memasuki kota Denpasar, menuju
daerah Seminyak, karena hari sudah mulai gela p
tidak terlalu banyak yang dapat dilihat. Kecuali jalan-jalan kecil di seputaran
Seminyak yang masih lumayan kami kenali nuansanya, yaitu aneka macam gaya turis seliweran dengan aneka-rupa warna dan gaya berpakaian. Nahhh…
rupanya kami sudah sampai di Bali ! Hahaha. Kenangan
lamapun segera terpanggil, betapa entah rasa apa yang bergemuruh di benak dan
hati saya (saya tidak tahu dong perasaan dan isi pikiran yang lain..?!, mereka
berada di mobil lainnya…) heheheh…
Sampailah kami dengan selamat dan
tak kurang apapun, eh.. hanya kebugaran dan pikiran saya yang berkurang karena
lelah akibat perjalanan yang-rasanya-tidak-sampai-sampai…. Thanks God. Bali we are back!!
Fave Hotel adalah sebuah
international-chain economy hotel, yang mengklaim dirinya The Winner sebagai yang the
best. Maksudnya, Best Winner International Chain Economy Hotel, tuh.. ya okelah
thank you… . Selagi menunggu check-in,
terlihat turas dari berbagai negara seliweran keluar masuk, diselingi turdom juga, hmm.. rasanya 80an persen isinya
adalah turis asing berbagai negara, sisanya sesama turdom. Pelayanannya cukup ramah dan hangat dari para
Bli dan Yu mulai dari security, bell-boy
dan para petugas di front-office, well
… rupanya kami tidak salah pilih hotel, kelak saya bersyukur memilih hotel di
lokasi Seminyak ini, karena di Kuta dan Denpasar pun ada Favehotel lainnya.
Bangunannya relatif baru dan memang khas hotel,
artinya bertingkat-tingkat dengan kama r-kamar
seperti layaknya hotel beneran, dengan lobby
area yang agak kecil tapi masih nyaman. Hotel ini kami pilih karena masih
di bawah asuhan Aston, tapi dengan tarip ekonomi (mulai 300rb ++, utk standard room plus b’fast, kecuali saat peak season seperti sekarang, jadi dua
kali tarip, namun ada promo price dengan
syarat wajib menginap minimal 3 hari/kamar). Memang ukuran kamarnya agak kecil
dan rupanya ditujukan bagi para pelancong yang bermaksud menghabiskan sebagian
besar waktunya di luar hotel. Kami memang kembali datang bukan untuk berlibur
di kamar hotel (apapun), tetapi di Bali ..
hehehehe. Sekitar pukul 8 malam waktu setempat, setelah kunci tiga kamar pesanan
didapat, di lantai 6, paling atas, kami segera masuk ke kamar dan saya segera membantingkan
diri ke kasur. Pingsan!!
Tidur!? No way..!! Baru juga tiba, masak tidur??
Acaranya adalah hunting dinner.
Setelah meletakkan koper dan berganti baju yang lebih santai, rombongan kami
berjalan ke arah kiri menyusuri jalan Abimayu (dahulu Dhyana Pura). Kalau diteruskan,
akan buntu karena sampai di tepi pantai Seminyak.
Berbeda dengan wilayah Kuta, di Seminyak ini
rata-rata bangunannya masih tradisional dan bergaya lama. Berbagai “Warung”
makan-minum menyajikan ragam makanan sesuai selera. Yang namanya Warung di
sekitaran Kuta-Seminyak ini, bukan warung rokok atau kios keperluan sehari-hari
seperti yang ada dekat rumah kita loh Friends. Warung di sini adalah nama merek
atau sebutan untuk café atau resto, dengan gaya serta kondisi yang sebelas-duabelas
dengan “Warung Made” misalnya, terbuka, dengan perabot (meja-kursi) serba dari kayu,
menghadap ke jalanan…tahu kann? Sebagian lainnya lebih modern, tapi ditata
kurang lebih sama, agar memberikan kenya manan maksimum bagi pelancong
yang ingin sekedar minum-minum atau makan berat. Kelak setelah lewat pukul
sepuluh malam, beberapa warung-warung ini berubah wajah menjadi semacam diskotek
yang hingar-bingar, dipenuhi muda-mudi berbagai bangsa, pertanda night-life di mulai sampai dini hari.
Wahh… lumayan berisik.
Setelah memilih-milih dari papan menu yang cocok
untuk semua, kami ber-del apan,
masuk sebuah café alias warung yang terletak di lantai atas, harus naik tangga
untuk sampai di tempat makannya. Selesai santap malam, dengan menu yang rada
minim porsinya tapi dipatok di atas rata-rata harga IDR, kami sepakat memutuskan
untuk sekedar menengok pantai. Lagi pula sejak tiba, kami belum bertemu dengan
yang namanya laut!! Gak bisa gitu lah yah….
Hujan gerimis masih rajin turun ketika kami
menelusuri jalan ke arah pantai, sekitar lima-ratus meter untuk sampai di
pantai. Ketika hampir tiba di dekat pantai, hujan semakin lebat. Kami tergopoh-gopoh
minta izin berteduh di sebuah pos jaga-gerbang hotel yang lumayan besar, dan
sempat berbincang dengan para petugas security
(yang mungkin terheran-heran, ini orang ngapain ujan-ujanan ke pantai, tapi
tetap ramah meladeni turdom macam kami).
Hanya satu dua pelancong lalu-lalang di jalanan
menuju pantai ini. Sekali-kali terdengar teriakan ke arah kami, “bike, bike..
mister”. Mereka rupanya “ojek” yang menawarkan sewa sepeda motor. Sang petugas jaga mengingatkan kami, saat ini
di pantai angin kencang, dan ombak besar. Tidak ada yang bisa dilihat. Hmmmm,
hati kami agak penasaran sekaligus kecewa. Saya teringat, dahulu saat malam
hari kami masih sempat berkeliling di pasir pantai Kuta, berpura-pura menyusuri
jalan pantai melihat dan mencuri-curi íntip” pasangan-pasangan yang lagi
kasmaran yang mengumbar janji di tepi pantai.. wahh romantis gilaa….dan kembali
memutar ke hotel melalui jalan Legian. Tanpa hujan setetespun tentunya.
Dengan menguatkan hati yang penasaran, kami bertekad-bulat
(-layaknya serdadu penyelamat yang sudah terkepung dalam film laga-perang ala
Hollywood “Saving Private Ryan”) menuju pantai, di bawah hujan yang ternyata,
sialnya, semakin membesar. Sampai di bibir pantai, ternyata bukan angin, tapi
badai! Wahh...kacau.. anginnya bertiup kencang sekali, dan ombak
berdebum-debum.. ahhh ngerrii lah… and jelas basah!! Segera saya perintahkan
untuk kembali pulang ke hotel. Sampai di hotel, kami setengah basah-kuyup, tapi
rasa penasaran sudah setengahnya hilang. Paling tidak kami sudah “menengok”
pantai, meski gagal togal. (straight face!).
End of day one. Waktunya istirahat
di hotel. Good nite friends…
Pesan
moral: Bersakit-sakit terbang dahulu, bersantai-santai kemudian. Ya iyalah… kan ? : ))
- doyan : suka, senang, gemar
- mondar-mandir : sering pulang-pergi
- norak : berlebihan
- mesem-mesem : tersenyum (menahan malu)
- ghuwe : dari kata gua artinya aku/saya (bahasa pergaulan, kasar)
- mending : lebih baik, sebaiknya
- heboh : gaduh, ribut, gempar
- dimaki-maki : dimarahi, dicerca
- serebu : seribu
- lusa : hari sesudah besok
- gitu : dari kata be.gi.tu = seperti itu; demikian itu
- nyaris : hampir saja terjadi
- ribet : ungkapan = rumit, berbelit-belit
- sapa : dari kata, siapa
- kalang-kabut : ungkapan = perasaan bingung, gugup
- imbas : pengaruh, dampak, akibat
- dag-dig-dug : ungkapan = perasaan khawatir, cemas, was-was, takut
- lumayan : menunjukkan kualitas, cukup, sedang, tidak terlalu jelek.
- bin : dan/serta/plus; contoh selamat-bin-utuh = selamat dan utuh
- merem : menutup mata
- rupanya : agaknya, kiranya, sepertinya
- sebel : merasa kesal, dongkol, kecewa
- ngambeg : perasaan tidak nyaman, marah, jengkel, kesal
- jajan-jijin : ungkapan = melihat-lihat sepintas-kilas
- mengular : ungkapan = panjang
- seliweran : berjalan lalu-lalang, bolak-balik, pergi-datang
- tegopoh-gopoh : terburu-buru, bergegas, cepat-cepat
- basah-kuyup : ungkapan = basah akibat tersiram
Pesan
non-moral (tips):
- Setelah merencanakan perjalanan berlibur ke tempat yang jauh (luar kota dan/atau luar negeri) jagalah kesehatan dan kebugaran fisik dan mental, terutama anak-anak agar selalu diingatkan agar tidak terluka (fisik) atau sakit, ketika sudah dekat/tiba waktunya untuk berlibur.
- Bawalah pakaian dan keperluan yang dibutuhkan saja, sesuai kondisi cuaca, iklim dan tempat berlibur.
- Pakailah kopor dan tas yang kuat dan berkualitas baik serta tahan-banting dan memiliki pengaman memadai (karena memang benar-benar akan di lempar, ditekan, ditindih, ditarik pada waktu baggage handling di bandara atau terminal transportasi).
- Kalau memang ternyata perlengkapan kurang setelah tiba di tempat berlibur (pakaian, tas, atau apapun), Anda selalu dapat mencarinya di tempat tujuan. Jika dana dan budget Anda leluasa, pilih yang agak unik, tahan lama serta berkualitas dan anggap saja sebagai memori perjalanan, mereka selalu dapat dipakai lagi untuk perjalanan berlibur berikutnya.
- Lakukan pemesanan tiket pesawat dan kamar hotel, jauh-jauh hari (minimal 3 bulan di muka pada saat peak-season.
- Apabila ada yang dikenal/contact person (travel agent, rekan, sahabat, kenalan dan sebagainya) di tempat tujuan, jangan ragu dan malu untuk meminta informasi dan saran tentang segala sesuatunya sebelum memulai perjalanan.
- Jika membawa bayi, balita, anak-anak kecil atau orang-tua (apalagi jika berpotensi jatuh sakit), minta dan siapkan nomor telepon dan alamat rujukan dokter atau rumah sakit, dari dokter keluarga Anda (jika ada) untuk berjaga-jaga di saat darurat. Jangan lupa dan ragu untuk membawa obat-obatan dan vitamin yang biasa dikonsumsi.
Rick,liburan dengan formasi keluarga lengkap jarang2 tuch! Apalg u'r boys ga bs disebut anak kcl lg,biasanya mrk dah pny acara sendiri! So,biar ribet-heboh-menguras (kantong), pasti teuteup jd kenangan manis sepanjang masa! Ditambah keikutsertaan u'r mother-inlaw...wow, moment langka choy...! Ditunggu lho kelanjutan ceritanya, coz bikin penasaran! Maklum sy sndr prnh tggl 3 thn di Bali tp terakhir ke Bali thn 2008....(Ups..ga kerasa dah 6 thnyl), makax penjabaran yg lumayan detail dr mulai landing di Bandara Ngurah Rai...menggelitik memori jg!!
ReplyDeleteThank you Tina a.k.a Kirsya. aka Doktin.. hahaha...moga-moga bisa membankitkan memory about your stay in Bali or your last trip. cerita lanjutan sedang di proses.... (y)
Deletehahaha....seru jg bacanya, apalagi dng gaya bahasa Icky, sueeer...nyengir sendiri, ditunggu lanjutannya....:D
ReplyDeleteFiennn..... thank you ... (moga-moga gak kapok ya... hehehe..) lanjutan under process nih... ujan terus sihh... jadi tersendat-sendat (loh...! apa hubungannya...?) hahaha..... ;)
Delete